…….?????????………..

•Oktober 18, 2013 • Tinggalkan sebuah Komentar

We are what we repeatedly do. Excellence then, is not an act, but a habit.
Yang membentuk kepribadian kita adalah apa yang kita lakukan berulang kali. Karena itu, kesempurnaan tidaklah dicapai dengan sebuah tindakan sekali saja, tetapi oleh serangkaian kebiasaan baik yang kita lakukan berulang kali.
~ A ristotle ~

Motivasi untuk aku ( “”” sebagai guru”””)

•Oktober 18, 2013 • Tinggalkan sebuah Komentar

Mendidik anak-anak kita bukan berarti mengajarkan kepada mereka sekumpulan ilmu pengetahuan semata.

Lebih penting lagi, mendidik berarti mengajarkan kepada anak-anak kita sejak usia dini, kemampuan untuk siap dan mampu menghadapi tantangan dunia masa depan yang akan menjadi ajang hidup mereka nantinya.

Dan ini berarti menanamkan keingintahuan dan rasa cinta belajar seumur hidup, kreativitas, keberanian mengemukakan pendapat dan berekspresi, serta penghargaan akan segala bentuk perbedaan (antar manusia).

~  H er Majesty Queen Rania Al Abdullah of Jordan  ~

Kebahagiaan

•Juni 8, 2012 • Tinggalkan sebuah Komentar

Alhamdulillah, tambah lengkap kebahagiaanku, anak keduaku lahir seorang putri yang bernama ” Maura Zadia Denistsar Setiawan”. mg jadi anak yang solehah… Amin…. Yarobbal Alamin.

Renungan…

•Mei 4, 2012 • Tinggalkan sebuah Komentar
  • Kita semua hidup dalam ketegangan, dari waktu ke waktu, serta dari hari ke hari; dengan kata lain, kita adalah pahlawan dari cerita kita sendiri.
  • Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk melakukan dalam suatu cara yang berbeda.
  • Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang, tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda tak akan mengetahui masa depan jika Anda menunggu-nunggu

….. Ulang tahun….

•Mei 4, 2012 • Tinggalkan sebuah Komentar

Bulan Mei bulan yang begitu banyak makna. Bulan di mana aku menikah dan bulan kelahiranku. Semoga di bulan ini apa yang menjadi harapan untuk ke depannya bisa tercapai, yaitu kebahagiaan untuk keluargaku  di dunia dan akhirat.

7 tahun usia pernikahanku, 33 tahun umurku, Alhamdulillah telah banyak yang aku peroleh, aku telah memiliki 2 orang anak. Yang pertama laki-laki ” Aleksya Azfa Deniststar Setiawan” yang ke dua perempuan “Maura Zadia Denistar Setiawan”.

Moga kedua anakku menjadi anak soleh dan solehah, yang menjadi kebanggaan keluargaku, dan selalu memberikan kebahagiaan untuk orang yang di sekitar. Amin Yarobbal Alamin.

Semoga Allah melimpahkan karunia, kebahagiaan, kesehatan bagi keluargaku. Amiinnn.

Ulang Tahun ini menjadi berkah… Amiin…. di tahun 2012.

Kesabaran Belajar

•April 30, 2012 • Tinggalkan sebuah Komentar

Seorang anak muda mengunjungi seorang ahli permata dan menyatakan maksudnya untuk berguru. Ahli permata itu menolak pada mulanya, karena dia kuatir anak muda itu tidak memiliki kesabaran yang cukup untuk belajar. Anak muda itu memohon dan memohon sehingga akhirnya ahli permata itu menyetujui permintaannya. “Datanglah ke sini besok pagi.” katanya.

Keesokan harinya, ahli permata itu meletakkan sebuah batu berlian di atas tangan si anak muda dan memerintahkan untuk menggenggamnya. Ahli permata itu meneruskan pekerjaannya dan meninggalkan anak muda itu sendirian sampai sore.

Hari berikutnya, ahli permata itu kembali menyuruh anak muda itu menggenggam batu yang sama dan tidak mengatakan apa pun yang lain sampai sore harinya. Demikian juga pada hari ketiga, keempat, dan kelima.

Pada hari keenam, anak muda itu tidak tahan lagi dan bertanya, “Guru, kapan saya akan diajarkan sesuatu?”

Gurunya berhenti sejenak dan menjawab, “Akan tiba saatnya nanti,” dan kembali meneruskan pekerjaannya.

Beberapa hari kemudian, anak muda itu mulai merasa frustrasi. Ahli permata itu memanggilnya dan meletakkan sebuah batu ke tangan pemuda itu. Anak muda frustrasi itu sebenarnya sudah hendak menumpahkan semua kekesalannya, tetapi ketika batu itu diletakkan di atas tangannya, anak muda itu langsung berkata, “Ini bukan batu yang sama!”

“Lihatlah, kamu sudah belajar,” kata gurunya.

Ayah

•April 30, 2012 • Tinggalkan sebuah Komentar

Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang baca koran… “Ayah, ayah” kata sang anak…
“Ada apa?” tanya sang ayah…..
“aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek…aku mau menyontek saja! aku capek. sangat capek…
aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! … aku capel, sangat capek …
aku cape karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung…aku ingin jajan terus! …
aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati…
aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja bersikap kepada ku…
aku capek ayah, aku capek menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! ..” sang anak mulai menangis…
Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ” anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang… lalu sang anak pun mulai mengeluh ” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah” … sang ayah hanya diam.
Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang…
“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.
“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?”
” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”
” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu”
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah? alhamdulillah”
” Nah, akhirnya kau mengerti”
” Mengerti apa? aku tidak mengerti”
” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”
” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”
” Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi… ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu ada Allah di sampingnya… maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka kau tau akhirnya kan?”
” Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang aku mengerti … terima kasih ayah , aku akan tegar saat yang lain terlempar ”
Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.

Kereteg Ati

•Mei 5, 2009 • Tinggalkan sebuah Komentar

Duka kunaon, sajeroning ati kuring sok aya kereteg, naha, ari nu lain sok tara peka kana kaayaan. Misalna, dilingkungan pagawean, kuring sok males lamun kudu hayoh ngingetan atana nagih, sabab pamikiran kuring, da geus pada dewasa, nya ngarti sorangan wae ulah kudu dihayoh-hayoh.

kalau berbicara tentang tanggung jawab, loyalitas , disiplin dan yang lainnya,

kita tidak melihat apapun dan tidak mendengarkan alasan apapun, karena ini

berhubungan dengan konsekwensi, hanya saja dari kedua belah pihak harus

saling memahami, mengerti agar satu sama lain tidak dirugikan. Apalagi

menyangkut beberapa hal yang sudah dijanjikan (baik dari atasan ataupun

Bawahan).

Abdi, kadang hayang siliih geuing jeung babaturan, atawa jeung dunungan, tapi

bati dina ati, bisi tisoledat letah, sabab lamun geus codekamah, moal aya

ampun, komo kuring kasebutna cacakulicakan.

Jadi kudu kumaha nya lamun rek silih elingan, bisi salah lampah, salah ucap, agar urang sadayana aya dina jalan YANG BENAR. Begitu lah.

Pesan singkat

•Mei 4, 2009 • 1 Komentar

Sahabat  adalah dia yang menghampiri ketika seluruh dunia menjauh, karena persahabatan itu seperti tangan dengan mata. Saat tangan terluka, mata menangis. Saat mata menangis, tangan menghapusnya.

Memupuk Rasa Percaya Diri

•Juli 24, 2008 • Tinggalkan sebuah Komentar

Pernahkah anda mengalami krisis kepercayaan diri atau dalam bahasa sehari-hari “tidak pede” dalam menghadapi suatu situasi atau persoalan? Saya yakin hampir setiap orang pernah mengalami krisis kepercayaan diri dalam rentang kehidupannya, sejak masih anak-anak hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut. Sudah tentu, hilangnya rasa percaya diri menjadi sesuatu yang amat mengganggu, terlebih ketika dihadapkan pada tantangan atau pun situasi baru. Individu sering berkata pada diri sendiri, “dulu saya tidak penakut seperti ini….kenapa sekarang jadi begini ?” ada juga yang berkata: “kok saya tidak seperti dia,…yang selalu percaya diri…rasanya selalu saja ada yang kurang dari diri saya…saya malu menjadi diri saya!” , “Sepertinya saya gak bisa dech ?” atau “ saya sering pusing jika dihadapkan untuk bertemu dengan seseorang “ Nanti saya harus bicara apa?, nanti jawabannya bagaimana ?, kalau tidak bisa saya harus apa ?” dan sebagainya itulah berbagai hal yang sering saya tanyakan pada diri saya sendiri atau kadang kala saya ungkapkan pada orang terdekat (suamiku tercinta).
Seperti yang saya alami dan rasakan, bermula dari latar belakang keluarga, saya anak bungsu dari tiga bersaudara. Saya di rumah terkenal vocal dan berani mengungkapkan apa saja yang ada dalam pikiran saya, apalagi ketika selama di SD saya selalu menjadi juara kelas, maka percaya diri saya muncul, saya merasa PD dalam melakukan kegiatan. Hanya saja menjelang SMP saya baru merasakan krisis percaya diri, hal ini bermula dari saya datang dari kampung, harus bergaul dan berkompetisi dengan anak-anak kota yang pintar, cantik dan gaul, itu sedikit banyak menjadi beban dalam pikiran saya, tapi itu tidak menjadi hal yang menyusahkan, karena pada saat yang sama saya menemukan teman yang baik dan saya beruntung bisa mengenal mereka, akhirnya saya di sekolah menjadi empat sekawan (Iis, Eulis, Ema dan Herli atau grupnya Endhira) yang kebetulan anaknya pada pintar dan senang berorganisasi, dan itu menjadi motivasi saya, dengan ajakan mereka akhirnya saya aktif dalam berbagai kegiatan di sekolah dan itu menambah PD saya, dan ketika dibagi raport ternyata saya masuk ranking (berurutan dengan empat temanku). Dari situlah saya merasa kepercayaan diri mulai tumbuh dan yakin akan kemampuan bahwa saya kalau mau berusaha keras pasti bisa, apapun itu.
Sejak saat itu dari SMU sampai perguruan tinggi untuk memupuk rasa percaya diri itu, saya selalu mananamkan bahwa, harus ada sesuatu yang ditonjolkan/dimunculkan sehingga membuat orang lain jadi melirik saya, misalnya yaitu saya selalu berusaha untuk meningkatkan prestasi akademis walaupun tidak yang kesatu paling harus bisa yang kedua atau ketiga, dan itu berhasil, (itulah yang ada dala pikiran saya pada saat itu ) ditambah saya selalu berusaha menjadi teman dengan siapa saja, pendengar yang baik bagi teman-teman yang ada masalah, dan saya selalu berusaha untuk memberikan pendapat atau sekedar memberikan motivasi dan harapan, dan memang begitulah hidup yang selalu dihadapkan dengan berbagai permasalahan, tapi tidak usah khawatir pasti akan ada solusi, kita ambil hikmahnya saja.
Krisis percaya diri itu tidak sampai di situ, saya selalu dihadapkan pada suasana seperti itu kalau kondisinya baru, dan itu selalu jadi pikiran saya, saya selalu membayangkan hal-hal yang negative, atau berandai –andai, kalau begini bagimana ataupun begitu, dan itu sedikit banyak menguras pikiran saya. Kebetulan saya sekarang mengajar di SD yang sedikit banyak juga harus mengeluarkan kemampuan saya untuk berbicara dengan orang tua tentang kondisi anak. Pada awalnya saya selalu bingung dan selalu dipikirkan, tapi saya coba untuk tenang dan ingat pesan “ mengungkapkan apa adanya itu akan lebih mudah walaupun terasa pahit bagi yang mendengarkan, jangan lupa ungkapkan dengan bahasa sopan agar yang mendengar berita walaupun pahit jadi terdengar ……” itulah pesan suamiku. Dan alhamdulillah sampai hari ini untuk berkomunikasi bagi saya jadi lebih mudah.
Menyikapi kondisi seperti tersebut diatas mungkin hal ini bisa dijadikan gambaran bahwa apapun yang kita hadapi itu memang obatnya juga ada dalam diri kita sendiri. Tapi untuk lebih lanjut maka, langkah-langkah apakah yang harus dilakukan dalam memupuk rasa percaya diri tersebut.
Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, alias “sakti”. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa – karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.
Beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional, diantaranya adalah :
• Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain
• Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok
• Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain – berani menjadi diri sendiri
• Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil)
• Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/mengharapkan bantuan orang lain)
• Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya
• Memiliki harapan, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.
Adapun Karakteristik atau ciri-ciri Individu yang kurang percaya diri, yaitu :
• Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok
• Menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan
• Sulit menerima kekurangan diri dan memandang rendah kemampuan diri sendiri – namun di lain pihak memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri
• Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif
• Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil
• Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus
• Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu
• Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangattergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain)